Sejarah desa Melung dimulai dengan cerita atau legenda rakyat tentang adanya Syech Abdulrahman Kyai Melung sebagai penguasa dan sesepuh desa Melung yang tercatat dalam dokumen sejarah terjadinya desa Melung yang diceritakan secara turun temurun. Cerita yang turun temurun terus tersebut dilakukan orang tua kepada anak-anaknya atau generasi penerusnya tidak lepas dari sejarah kadipaten Pasir Luhur, sebagai tempat persinggahan dan perlintasan para prajurit Kadipaten Pasir Luhur. Pada suatu saat para prajurit dalam perlintasannya mendengar adanya ayam berkokok dikejauhan yang sangat keras bunyinya (melung-melung) disuatu wilayah maka sumber suara ayam berkokok itu ditandai sebagai daerah Melung yang dahulu masuk kedalam Kecamatan Kebumen dan baru sekitar tahun 1955-an dimasukkan kedalam Kecamatan Kedungbanteng.
Pada jaman penjajahan Belanda desa Melung merupakan kebun kopi yang sangat luas dan terkenal di negara Belanda dengan kopi kampungnya, seiring wilayah tersebut yang memiliki potensi sumber daya air yang melimpah maka pada tahun 1928 didirikan PLTA Ketenger yang sesungguhnya berada di Desa Melung.
Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang yang tercatat sejak tahun 1905 sampai dengan tahun 1940 Kepala Desa yang sejak jaman dahulu disebut Lurah dipimpin oleh Suradirana. Setelah masa kemerdekaan maka kepemimpinan digantikan oleh Mulyadirana lalu dilanjutkan dengan Wiryo Sukatmo. Pembangunan yang dihasilkan tidak tercatat karena sumber daya manusia yang ada sangatlah kurang pada masa itu. Selanjutnya kepemimpinan desa Melung adalah :
a. Mursidi
Memegang jabatan hampir 20 tahun, bersama sekretaris desanya tewas dibunuh pemberontak DI/TII Darul Islam yang berada di Desa Melung, karena desa Melung dijadikan tempat pelarian dan persembunyian para pemberontak DI/TII pimpinan Kartosuwiryo.
Hasil pembangunan yang dicapai belum begitu nampak karena masyarakat kondisi pada saat itu banyak pemberontakan yang terjadi sejalan dengan sejarah bangsa Indonesia adanya pemberontakan G30S/PKI dan pemberontakan DI/TII.
b. Martareja
Pembangunan baru dapat dilaksanakan setelah tahun 1965 pada saat Desa Melung dipimpin oleh lurah Martareja yang dilakukan yaitu :
- Pembukaan jalan setapak menjadi jalan besar antara desa Melung sampaii desa Windujaya
- Jalan antara Kaliputra sampai dengan desa Kutaliman.
- Pembangunan kantor dan balai desa.
- Pembangunan lapangan desa.
c. Slamet
Memegang jabatan dari tahun 1992 –1994 cukup banyak adanya pembangunan hanya melanjutkan kerja dari Lurah terdahulunya. Pembangunan yang telah dilaksanakan adalah :
- Pembangunan dam Watugayong.
- Pembangunan WC/kamar mandi umum.
- Pembangunan pasar desa.
- Pembangunan listrik masuk desa.
d. Sirun Ahmad Mahudin
Menjadi Kepala Desa dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2002 dengan hasil pembangunan berupa :
- Pembangunan sarana air bersih
- Pembangunan jembatan kali Manggis yang menghubungkan jalur gerumbul l Melung dengan Selarendeng.
- Pengerasan jalan Selarendeng sampai desa Kalikesur.
Komentar
Posting Komentar